Berusaha kuat gampang-gampang susah, hari ini hari Minggu pukul 6.50 PM.
Hujan lagi, kali ini aroma nya tidak sedang menyejukkan, kali ini hujan membawa pikiran ku teringat akan keputusan seminggu yang lalu, kurang lebihnya seperti ini “ok untuk kesekian kalinya harus berusaha untuk memperbaiki semua permasalahan hati ini”. iya seperti itu.
Ngomong-ngomong soal hati, kalian tau benang kusut? Tau kan? Kalian pasti paham. Aku tau imajinasi kalian itu luas, seluas-luasnya deh… apa lagi ini persoalan hati. Sudahlah, bisa aku mulai? Mulai menceritakan semua yang pernah ku alami persoalan hatiku ini? Baiklah kalian sudah kuanggap mengijinkan ku untuk memulainya.
***
Senja yang terasa panjang sekali.
langkah ku terhenti.
“tidak perlu kau berterimakasih din. Kalau kau berada dalam posisiku, kau akan melakukan hal yang sama. Jangan menganggap ini suatu hal yang istimewa” Aku tertawa kecil.
“jika ini bagi ku suatu hal yang istimewa, biarlah ini menjadi urusan ku. Kau tak perlu mengkhawatirkan itu” Dinda berkata pelan lalu tersenyum manis.
Aku mengusap wajah. Bukankah aku sudah berkali-kali mengatakan padanya untuk biasa saja pada ku? Apa perlu aku memohon pada dinda untuk jangan bertahan? Aku tidak mau menyakitinya. Tetapi jelas sudah, dinda tetap bertahan. Kebahagian yang pernah aku berikan selama ini masih amat-amat isitimewa baginya, penderitaan yang aku berikan walau tanpa kusadari, dinda telan bagaikan makanannya. Ingin berteriak padanya, biar Dinda mendengar apa yang aku pikirkan saat ini. Bodoh!
Benar-benar tidak tahu, sungguh…
Dan kapan semuanya akan membaik.
“Boleh Aku bertanya padamu?
“Pertanyaan apa?” aku menyelidik, suara Dinda terdengar amat berbeda.
“Satu pertanyaan saja.” Dinda menelan ludah.
“Apa?” Aku hanya tersenyum melihat ekspresi mukanya. Karena sudah tau pertanyaannya akan kearah mana dia akan mempertanyakan.
Dinda diam sejenak
“Kamu punya janji bukan?” Dinda menatapku penuh arti, berharap aku langsung mengerti.
Aku mengerti apa maksud tatapan Dinda. Aku tahu semua kenangan itu berarti baginya, satu pertanyaan dan satu jawaban kali ini adalah kesempatan. Dinda mencari kesempatan untuk mengetahui apa Aku akan menepati janji dan Aku menjadikan kesempatan untuk berusaha memperbaiki semua ini. Harapan tidak ada yang salah.
Dinda terus menatap ku, matanya memerah.
Aku menelan ludah. Dinda terlihat sudah siap untuk mendengarkan jawaban ku dan Dinda mungkin sudah mengetahui jawaban apa yang akan aku sampaikan. Dinda tersenyum tanggung lalu mengangguk.
“Aku tidak ingin membuat luka itu semakin besar, Dinda… Jadi kumohon, biarkan aku merasakan kehidupanku yang sekarang. Jangan pernah lagi menghubungi, mencari dan bertahan untuk menunggu. Itu hanya akan menambah luka. Berjanjilah Dinda, Aku tidak punya banyak pilihan. Maaf…” aku menjulurkan tangan. Dinda menangis mendengar apa yang telah terucap oleh ku. Lagi, aku merasa sedang menyakitinya.
Kau bisa Dinda?
Sungguh kau yakin?
Kau siap dengan segala resikonya?
Aku atau kau Dinda yang tega melakukan semua ini?
“Maaf” Terdengar suara paraunya, Dinda tersenyum tanggung.
Senja ini… Aku tidak pernah tahu
Senja ini… Aku menghela napas, Berat.
Maafkan aku yang teramat bodoh.
Pukul 9.55 PM